\

Friday, August 28, 2015

Baking Demo at Aladin Jaya


Saya suka masak, suka makan. Semua masakan rasanya pengen banget saya praktekin. Tapi kendalanya banyak :
1. Modal banyak.
2. Kegagalan-kegagalan.
3. Yang makan saya sendiri karena di rumah sepi dan selera makan orang rumah beda-beda. Orangtua suka yang tradisional, kita yang muda-muda sukanya makanan western yang aneh-aneh.
4. Peralatan masih banyak yang kurang seperti loyang ukuran tertentu. Saya sering beli loyang tapi selalu kegedean -,-
5. Oven masih pake oven listrik yang kecil, muatnya sedikit.


Yang saya dokumentasikan adalah demo masak dengan menu 
Tiramissu Cake dan Rainbow Sponge Cake.

Pertama kalinya ikutan demo masak. Karena sebelumnya masih banyak kegiatan. Liburan kemarin suka bosen dirumah, butuh inspirasi, butuh kesibukan yang memang jadi hobi. Akhirnya waktu beli bahan kue di toko Aladin Jaya kebetulan liat brosur demo masak dengan menu yang menarik dan waktu yang tepat. Biasanya saya liat brosurnya tapi menunya kurang menarik. 

Waktu masuk kelas demo, yang ikutan semuanya ibu-ibu. Well, saya ikutan dipanggil "ibu". Udah biasa itu sih. 






Tuesday, August 18, 2015

Cooking Experiment

Setiap percobaan masak pasti selalu gagal dulu awalnya. Rugi bahan sih, tapi yang paling sedih itu kalo gak ada yang bisa nyicipin. Kayaknya makanan dibawah ini cuma saya aja deh yang suka. 


Apple Pocket Pie, isinya apel dan kayu manis. Mungkin sebagian orang masih asing dengan ini ya, apalagi isinya apel. Kalo saya sih suka. Lembut dan harum.


Produk gagal cinnamon rolls. Rotinya udah lembut, tapi gak mengembang sempurna dan ada bagian yang masih mentah.



Ini juga roti, cantik ya. Tapi gagal karena liat deh isinya tumpe-tumpe begitu. Gak mau rapet. 




Ini waktu matengnya, kegedean api nih kayaknya makanya gosong begini. Butuh pencerahan banget gimana cara bikin roti yang kayak di bakery. 





Berawal dari ketertarikan sama menu di satu hotel dan saran chef di acara The Chef Table untuk buat pannacotta. Doyan makannya harus bisa buatnya. Akhirnya saya buat sendiri dan hasilnya memuaskan. Respon teman-teman memuaskan karena katanya enak. Let's order @moncannelle





Lava cake, ternyata bikinnya mudah dan susah. Ready at @moncannelle





Ini pasta cake, rasanya sih kayak pasta biasa, uniknya ini pasta penne disusun berdiri. Capeknya ya dibagian susun menyusun, karena penne nya gak lurus jadi lebih susah buat berdiri. Tapi ini udah bisa di order di @moncannelle











Ini cheese puff enak bangeet. Isiannya mozzarella dan cheddar. Ini adalah salah satu menu percobaan yang sukses dan udah beredar di @moncannelle





Setiap bikin kue soes pasti selalu kempes, kenapa ya gak kayak soes yang kayak di Beard Papa :(


















Friday, August 14, 2015

My Semarang Trip

Ini adalah pertama kalinya saya ke Semarang. Walau kampung halaman orangtua saya jaraknya hanya 5 jam dari Semarang, tapi dari kecil saya belum pernah sampai kesana. Dan akhirnya saya menginjakkan kaki disana.
Hari pertama saya bersama keluarga kakak saya yang pergi bersama saya dalam rangka wisuda kakak ipar saya. Malam di hari pertama, saya mengunjungi Simpang Lima yang merupakan icon Kota Semarang. Simpang Lima terletak di pusat Kota Semarang. 




Keesokan harinya saya mengunjungi Sam Poo Kong 



 





Lalu berpindah ke Lawang Sewu, icon Kota Semarang











Siang harinya mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah



Lalu makan siang di seputaran Kota Tua







Hari itu saya mecari penginapan yang murah dan lokasi strategis, karena penginapan saya yang sebelumnya berada di Semarang Atas dekat Universitas Diponegoro terlalu jauh dari Kota Semarang. Lalu saya mendapatkan penginapan di daerah Purwosari. Seperti rumah, lantai bawah khusus untuk keluarga dan lantai atas khusus tamu. Harganya murah, Rp 120.000/malam. Lokasinya juga strategis, dekat kalau mau kemana-mana seperti Kota Tua, Simpang Lima, Pasar Johar, Chinatown, dan Mall. Jalan kaki keluar saja sudah bisa dapat sarapan, makan siang, makan malam, ataupun laundry. 

Disini saya bertemu Alex dan Catherine atau biasa dipanggil Kekey. Alex dan Kekey ini sepupuan. Mereka lucu-lucu. Kekey paling suka difoto, jadi setiap saya pulang ke penginapan dia selalu eksis minta difoto. Mba-mba nya juga baik-baik, Papinya Kekey juga, ramah-ramah semuanya.





Begini nih penampakan kamar di Purwosari Residence, ada AC, TV, kasur, lemari, dan kamar mandi luar. Untuk harga Rp 120.000/malam termasuk murah kan dengan fasilitas se-OKE ini.



Ini adalah pohon seri yang ada di depan Purwosari Residence. Setiap lagi nunggu taxi pesanan datang, saya biasanya ngambilin seri yang merah-merah.



Daan malam yang sepi dan sunyi pun dimulai, kakak saya dan keluarga sudah meluncur ke Klaten, saya memilih menetap di Semarang dan sekarang saya hanya seorang diri di Semarang. Setelah sempat beristirahat di penginapan, saya melanjutkan perjalanan malam saya dan tujuan saya adalah Chinatown. Saya sempat pesan taxi dan ternyata jarak dari penginapan kesini sangat dekat. Bahkan tidak mencapai tarif minimum taxi. 

Di Chinatown kalau malam Jumat, Sabtu, Minggu ada Semawis (Semarang Malam Wisata). Sepanjang jalan pecinaan ramai yang jualan, kebanyakan jualan makanan. Tapi jangan sampai salah beli, disini ada yang non-halal, jadi lebih baik tanya-tanya dulu bahan pembuatannya biar aman. 






Diatas ini saya beli di gerai Grill on Fire


Chestnut diatas saya beli di gerai Just Chestnut, ini enak loh. Kacang chestnut yang diimpor dari China dan dimasak dengan batu koral yang diimpor dari China juga. Gitu sih kata yang jual. Seperti yang ada di film The Billionaire (Thailand)

Esok harinya saya iseng-iseng ke Mall Ciputra, ya sama aja sih seperti Mall pada umumnya. Saya disini cuma buang-buang waktu membunuh kesepian, daripada berdiam diri di penginapan. Bingung sih mau kemana. Teman saya yang kuliah disini lagi pada di Lampung semua, dan teman saya yang memang tinggal disini sudah balik ke Singapur karena sudah masuk perkuliahan.




Pulang dari Mall Ciputra saya langsung menuju kawasan Semarang Atas untuk makan siang. Pilihan saya jatuh pada Holycow. Well, saya sebenernya gak seberapa suka dengan daging sapi seperti ini, tapi karena penasaran ya sekali-kali mungkin gapapa. Yang saya pesan ini termasuk yang paling murah disini (maklum backpacker budget pas-pasan) Rp 170.000++ dan ternyata rasanya sama aja, rasa daging sapi. 


Tadaa... masih di Holycow dan udah ganti baju. Ini faktor laper mata karena ke Citraland tadi ngeliat baju di butik langsung beli langsung pake. Photo taken by mas-mas Holycow. Gak ada yang bisa diandelin disini kecuali stranger.





 Besok paginya, saya ikutan CFD di Simpang Lima. Banyak kegiatan disini mulai dari senam, sepedahan, lari, atau yang seperti saya cuma jajan doang -_-






Hari selanjutnya saya ke Semarang Atas, tepatnya ke Grand Edge Food Mall. Disini isinya makanan semua yang bangunannya menyatu dengan Grand Egde Hotel. Sepertinya Food Mall ini masih baru karena belum terisi semua. 




Disini saya ke Momoya, sepertinya lagi hitz ya saat ini (2015) makan cotton candy dengan es krim. Saya sebenernya juga gak seberapa suka dengan permen, cumabuat lucu-lucuan aja. Tapi saya suka matcha. Alhasil, cotton candy nya saya singkirin dan saya makan es krim matchanya aja.


Daan ini adalah favorite saya! Mille crepe! Kalau di Momoya ini namanya layer cake. Apapun namanya pokoknya saya suka. Disini mille crepenya lembuut, soft banget, manisnya pas gak bikin enek.



Okay, di Grand Edge tadi cuma ngemil loh. Makan manis-manis emang bikin perut begah. Walau cuma ngemil tapi rasanya perut udah fuul banget. Tapi waktunya masih panjang, masih sore masa mau pulang ke penginapan. Akhirnya saya putuskan untuk ke Speigel Bistro. Tempat ini sih sepertinya lagi hitz di Semarang. Speigel Bistro ini dulunya adalah bangunan di tengah Kota Lama yang udah gak terpakai. Direnovasi menjadi seperti sekarang ini. Bentuk aslinya yang megah dan kokoh ini dipercantik tanpa menghilangkan jati diri bangunan itu sendiri. 







Foto-foto diatas diambil oleh .... barista disana. Maklum lah saya sebatang kara disini, jadi minta tolong sana sini. Tapi untungnya orang disini ramah-ramah. Sempet ngobrol kepo-kepoin apa yang perlu di kepoin. Gak nyangka saya juga, andai di Lampung orangnya seramah disini. 









Diatas ini adalah gambar bagian-bagian dari Speigel Bistro, emang sih agak serem. Sempet nanya-nanya juga sama waiters nya "Ada hantunya ya mas?" abisnya saya serem banget waktu ke toilet tiba-tiba sunyi, gak ada suara apapun karena akses menuju toilet harus melewati pintu yang terhubung dengan tangga menuju lantai 2. 


Karena faktor kekenyangan, akhirnya saya hanya memesan ini. Kentang rebus atau disini disebut gogo yang diatasnya ada keju mozzarella. Walau cuma pesan ini, tetep aja cuma kejunya yang saya makan.


                                 Malam sudah semakin larut, saya yang dari matahari masih bersinar dan sampai tenggelam masih berada di dalam bistro mulai lelah dan bingung mau ngapain lagi. Foto-foto udah, makan juga gak habis, akhirnya saya memilih pulang. 

Karena jarak penginapan dan Kota Tua deket banget, akhirnya saya cari becak aja. Saya ngeri sebenernya naik becak disini, tempat duduknya agak "jengat" dan gak tega sama tukang becaknya. Tapi gapapa lah cobain mumpung gak ada yang ngeliat saya naik becak. 
Mau tau gak yang gowes becak ini siapa? namanya Pak Sanusi. Dia tukang becak di Kota Tua. Sehari-hari bekerja sebagai tukang becak, dan Pak Sanusi gak tinggal di Semarang loh. Saya lupa beliau tinggal dimana :( yang jelas beliau disini tidur di depan ruko :( kalau mandi di WC umum :( Seminggu sekali Pak Sanusi pulang ke kampung halamannya naik bis, ngasih uang hasil narik becak ke kaluarganya :(


Dan ini adalah sarapan pagi terakhir saya di Semarang (biasanya gak pernah beli sarapan) Tahu Gimbal, makanan khas Semarang yang bisa ditemuin dimana-mana. Kalau ini saya temuin di seputaran penginapan, jalan kaki sebentar ke arah Pasar Bugangan.